HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN
KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI
Latar belakang
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada anak di negara sedang
berkembang. ISPA menyebabkan empat dari 15 juta kematian anak berusia di bawah
5 tahun setiap tahunnya. Hasil penelitian fungsi paru di negara sedang
berkembang menunjukkan bahwa kasus pneumonia berat pada anak disebabkan oleh
bakteri, biasanya Streptococcus pneumonia atau Haemophillus influenza. Hal ini
bertolak belakang dengan situasi di negara maju, yang penyebab utamanya adalah
virus. (WHO,2003). Selain itu, lingkungan atau tempat tinggal juga menjadi
salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA yaitu apabila luas bangunan
tidak sebanding dengan jumlah penghuni akan menyebabkan kurangnya asupan
oksigen dan memudahkan terjadinya penularan infeksi (Cahaya, 2005). Berdasarkan
data dari pusat penanggulangan masalah kesehatan Departemen Kesehatan
menyebutkan bahwa kematian akibat pneumonia sebagai penyebab utama ISPA di
Indonesia pada akhir tahun 2000 sebanyak 5: 1000 bayi/balita. Dapat diartikan
angka kematian akibat pneumonia sebanyak 150.000 pertahun bayi/balita meninggal
tiap tahun atau 12.500 korban perbulan atau 416 kasus sehari atau 17 anak
perjam atau seorang bayi/balita tiap lima menit (Depkes, 2003).World Health
Organization (WHO) memperkirakan insidens ISPA di negara berkembang dengan
angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%
pertahun pada golongan usia balita. Menurut WHO ± 13 juta anak balita di dunia
meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di Negara
berkembang, dimana pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian
dengan membunuh ± 4 juta anak balita setiap tahun (Depkes, 2000). ASI merupakan
makanan alamiah terbaik yang dapat diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang
baru dilahirkannya, selain komposisinya sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi yang berubah sesuai dengan kebutuhan bayi pada setiap saat.
ASI juga mengandung zat pelindung yang dapat menghindarkan dari berbagai
penyakit infeksi. Pemberian ASI juga mempunyai pengaruh emosional yang luar
biasa yang mempengaruhi hubungan batin ibu dan anak serta perkembangan jiwa
anak (Azwar, 2001). ASI mengandung mineral zinc yang terbukti efektif untuk
menurunkan penyakit pneumonia (radang paru), diare dan penyakit infeksi
lainnya. Zink juga dapat menurunkan lama dan derajat keparahan ISPA. Menurut
penelitian Ariefudin (2010) didaerah Tegal, Jawa Tengah terdapat hubungan yang
bermakna antara pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian ISPA pada bayi 0-12
bulan. Bayi yang diberi ASI eksklusif mengalami ISPA sering sebanyak 16 bayi
(10,4%), sedangkan bayi yang mengalami ISPA jarang sebanyak 56 bayi (36,4%).
Bayi yang diberi ASI non eksklusif mengalami ISPA sering sebanyak 50 bayi
(32,4%), sedangkan yang mengalami ISPA jarang sebanyak 32 bayi (20,8%). Melihat
tingginya angka kejadian ISPA dan rendahnya tingkat pemberian ASI eksklusif
(Dinkes,2001) perlu dilakukan penelitian tentang hubungan pemberian ASI
eksklusif terhadap kejadian ISPA pada bayi usia 12 bulan di Rumah Susun Bandung
Bondowoso Pucang Gading, Sawah Besar Kaligawe, dan Bedagan di Semarang. Lokasi
penelitian ini dipilih karena di wilayah ini merupakan daerah dengan lingkungan
yang kurang bersih dan padat hunian sehingga kemungkinan terjadinya ISPA sangat
tinggi. Selain itu di daerah ini mayoritas penduduknya berpenghasilan rendah
yang mengakibatkan tingkat kesehatannya kurang baik sehingga penulis memilih
daerah ini untuk mengadakan penelitian tentang hubungan pemberian ASI eksklusif
dengan angka kejadian ISPA pada anak usia 12 bulan. Tujuan dari penelitian ini
untuk mengetahui adanya hubungan pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian
infeksi saluran pernapasan akut pada anak usia 12 bulan. Kemudian tingkat
keeratan dari hubungan tersebut dan mengetahui insiden kejadian infeksi saluran
pernapasan akut pada anak usia 12 bulan Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi kepada masyarakat dan ibu-ibu pada khususnya tentang
hubungan pemberian ASI eksklusif terhadap penurunan kejadian infeksi saluran
pernapasan akut pada anak usia 12 bulan. Selain itu hasil penelitian ini juga
diaharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan.
Metode Penelitian Jenis penelitian yang
dilakukan adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan pendekatan
cross sectional..
Uji statistik yang digunakan adalah uji
statistik non parametrik Chi-Square. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh anak usia 12 bulan di Rumah Susun Bandung Bondowoso Pucang Gading,
Rumah Susun Sawah Besar Kaligawe, dan Rumah Susun Bedagan Semarang Dari
populasi tersebut diambil sampel 120 anak yang didapatkan dari perhitungan
menggunakan rumus dari Sastroasmoro (2002). Alat pengambilan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner.
Pengumpulan data pada saat penelitian dilakukan dengan teknik wawancara.
Kemudian kuesioner yang telah dikumpulkan dicek dan diperiksa kelengkapannya
oleh peneliti untuk diolah dan dianalisis. Lokasi penelitian dilakukan di Rumah
Susun Bandung Bondowoso Pucang Gading, Rumah Susun Sawah Besar Kaligawe, dan
Rumah Susun Bedagan Semarang. Penelitian ini dilakukan Februari – Maret 2011.
Hasil Penelitian
Tabel 1. Kejadian ISPA selama pengamatan pada dua kelompok
Kejadian
ISPA selama pengamatan
|
Total
|
||||||
>4
kali
|
%
|
≤4 kali
|
%
|
||||
ASI
eksklusif
|
7
|
5.8 %
|
63
|
52.5 %
|
70
|
58 %
|
|
Non ASI
eksklusif
|
49
|
40.8 %
|
1
|
0.8 %
|
50
|
42 %
|
|
Total
|
56
|
64
|
120
|
Hasil dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa keseluruhan sampel yang berjumlah
120 bayi menunjukkan bahwa anak yang diberi ASI eksklusif mengalami ISPA sering
sebanyak 7 anak (5,8%), sedangkan anak yang mengalami ISPA jarang sebanyak 63
anak (52,5%). Dan anak yang diberi ASI non eksklusif yang mengalami ISPA sering
sebanyak 49 anak (40,8%), dan yang mengalami ISPA jarang sebanyak 1 anak
(0,8%). Hasil Uji hubungan antara pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian
infeksi saluran pernapasan akut pada bayi 0-12 bulan dengan menggunakan uji
Chi-Square Test menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pemberian ASI
eksklusif terhadap kejadian infeksi saluran pernapasan akut pada anak 12 bulan
p = 0,000 (p < 0,05).
Pembahasan
Pemberian ASI eksklusif berhubungan sangat
kuat dengan kejadian ISPA pada anak usia 12 bulan. Hal ini dikarenakan ASI
mengandung kolostrum yang banyak mengandung antibodi yang salah satunya adalah
BALT yang menghasilkan antibody terhadap infeksi pernapasan dan sel darah
putih, serta vitamin A yang dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi dan
alergi (DepKes, 2001). Pemberian ASI terbukti efektif bagi perkembangan dan
imunitas anak yang dapat dilihat dari penelitian Zizka dkk (2007). Penelitian
ASI eksklusif juga dilakukan Abdullah (2003) di Jakarta didapatkan pemberian
ASI cukup memberikan efek protektif 39,8% terhadap ISPA pada anak usia 0-4
bulan. Pemberian ASI terbukti efektif dalam mencegah infeksi pada pernapasan
dan pencernaan. Hal ini sesuai dengan penelitan yang dilakukan oleh Softic dkk
(2004). Penelitian dilakukan dengan mengobservasi anak yang berusia 6 bulan
yang ketika lahir memiliki BBLR dan usia kelahiran kurang dari 37 minggu.
Sebanyak 612 kuesioner dibagikan dan didapat sebanyak 493 responden yang
bersedia mengisi kuesioner. Dari hasil kuesioner didapatkan sebanyak 395 anak
mengkonsumsi ASI eksklusif dan 98 anak mengkonsumsi susu formula. Dan anak yang
mengkonsumsi susu formula lebih rentan mengalami infeksi pernapasan dan
pencernaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya
adalah lokasi yang dipilih adalah rumah susun. Karena rumah susun dianggap
tidak memenuhi kriteria rumah sehat yang dapat menjadi salah satu penyebab
ISPA. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indra Cahaya dkk (2005),
yaitu luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuni tidak sehat
karena dapat menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen dan memudahkan penularan
penyakit infeksi. Kelemahan pada penelitian ini adalah jumlah sampel yang
didapat tidak sesuai dengan sampel seharusnya sehingga dimungkinkan berpengaruh
pada hasil. Penilaian banyaknya atau jumlah kejadian ISPA hanya didasarkan pada
informasi orangtua atau ibu sehingga ada kemungkinan kesalahan atau lupa. Dan
perlu dilakukan penelitian serupa dengan data diambil dari rekam medis pasien
selama 1 tahun.
Daftar Pustaka
Azwar Azrul. 2001. Manajemen Laktasi, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta
Cahaya, I., Nurmaini. 2005. Faktor-faktor Kesehatan Lingkungan
Perumahan Yang
Mempengaruhi
Kejadian ISPA Pada Balita di Perumnas Mandala, Kecamtan Percut
Seituan,Kabupaten Deli Serdang. Majalah
kedokteran. Vol. 38 No. 3
DepKes RI., 2001. Manajemen Laktasi, Departemen Kesehatan,
Jakarta
DepKes RI, 2007, Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta
Softic ; Atic; Tahirovic , 2008, Pemberian ASI eksklusif pada
penyakit infeksi pencernaan dan
pernapasan selama 6 bulan pertama, Univerzitetski
klinicki centar Tuzla, Bosnia
WHO. 2003. Penanganan ISPA pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara
Berkembang, EGC,
Jakarta
Komentar
Posting Komentar